Jakarta, IDN Times –
Pergerakan rupiah di pasar spot bergerak di level Rp16.960 per dolar Amerika Serikat pada pembukaan perdagangan, Rabu (9/4/2025).
Berdasarkan data
Bloomberg,
Laju rupiah menurun sebanyak 69 poin atau 0,41 persen dibandingkan dengan akhir sesi trading hari sebelumnya, kini berada pada posisi Rp16.891 untuk setiap dolar AS.
1. Daftar rincian harga emas pagi ini
Sampai pukul 09.10 WIB, kebanyakan mata uang di kawasan Asia ditunjukkan sedang mengalami pelemahan. Ini adalah detailnya:
- Ringgit Malaysia menurun sebesar 0,11 persen
- Yuan Tiongkok terdepresi sebesar 0,12 persen
- Rupee India terdepresiasi sebesar 0,49 persen
- Peso Filipina turun sebesar 0,17 persen
- Dolar Taiwan terdepresi sebesar 0,09 persen.
2. Nilai rupiah tetap menghadapi tekanan
Analis dari Doo Financial Futures Lukman Leong menyebutkan bahwa rupiah terus mendapat tekanan berdasarkan sentimen saat ini.
risk off
Karena peningkatan tekanan dalam perdagangan akibat ancaman Trump untuk menaikkan tariff terhadap China hingga 104 persen.
Menurutnya, Rupiah diproyeksikan akan bergerak dalam rentang antara Rp16.750 hingga mungkin mencapaiRp16.950 untuk setiap dolar AS.
3. Ketidakpastian global bertambah dengan sentimen eksternal tambahan
Analis mata uang, Ibrahim Assuabi mengungkap bahwa penguatan konflik perdagangan diantara Amerika Serikat (AS) serta beberapa negara lain seperti Indonesia, yang terkena beban kenaikan tariff hingga 32%, tetap menjadi penyebab utama peningkatan ketidakstabilan dunia saat ini.
“Ibrahim mengatakan bahwa kondisi tersebut memiliki dampak langsung pada ekonomi global, termasuk juga di Indonesia,” kata dia.
IDN Times,
Selasa (8/4/2025).
Saat ini, banyak negara tengah mempertimbangkan kembali keputusan tarif perdagangan yang ditetapkan Trump, dengan melakukan negosiasi ulang atau bahkan melawan tarif yang diberlakukan olehnya.
Ketegangan ini menambah ketidakpastian global dan memicu kekhawatiran mengenai potensi terjadinya resesi global. Faktor lainnya, berkaitan dengan data tenaga kerja di Amerika Serikat yang menunjukkan hasil lebih baik dari ekspektasi, dengan tingkat pengangguran yang menurun tajam.
Walaupun hal ini mengindikasikan situasi pasar tenaga kerja yang membaik serta berpengaruh terhadap kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat.
“Lalu, bank sentral Amerika Serikat juga menyebutkan potensi untuk menjaga suku bunga tetap tinggi sehubungan dengan masalah perdagangan internasional yang belum terselesaikan dan tekanan inflasi yang masih kuat,” jelas Ibrahim.
Komentar