Kareba Nusantara, JAKARTA– Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Politik, Hukum, dan Keselamatan), Mahfud MD menyatakan bahwa upaya penumpasan korupsi oleh Jaksa Agung terhenti ketika berhadapan dengan kekuatan oligarki.
Hal tersebut dikemukakan oleh Mahfud MD ketika menyampaikan pidato dalam acara diskusi publik yang bertema enam bulan kepemimpinan Prabowo, “The Extraordinary, The Good, The Bad, And The Ugly” di Jakarta Selatan, pada hari Kamis, 17 April 2025.
“Pencegahan kejahatan korupsi saat ini telah berlangsung dengan cukup efektif pada level dasar. Menurut saya, kita harus memberi penghargaan kepada Kepanjian Agung serta mengakui pula bahwa kontribusi Pak Prabowo sangatlah positif dalam membongkar kasus-kasus tersebut,” ungkap Mahfud MD.
Terutama kata Mahfud dalam statement-statement yang dikeluarkan Presiden Prabowo dan ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung dalam banyak kasus.
“Tapi jika dihadapkan pada dua pilihan, umumnya akan memilih beralih,” ujar Mahfud MD.
Korupsi dianggap mencapai tingkatan tertentu. Jika berurusan dengan oligarki dan para pemegang modal yang dicurigai terlibat dalam pendanaan politik, prosesnya menjadi tersendat.
“Misalkan kasus pagar laut yang terhenti meskipun korporasinya diketahui sebelum lurahnya,” ujar Mahfud MD.
“Saat kita mengetahui tentang kasus Arsin ternyata setelah insiden tersebut terjadi keributan lantaran adanya perusahaan yang melakukannya. Mengapa malah warga biasa yang ditahan? Setelah masuk kesana mereka menjadi takut,” tambahnya.
Dia kemudian membahas skandal pencampuran minyak di Pertamina.
“Oplosan dari Pertamina itu. Segera dihentikan. Lalu bagaimana dengan penanganannya saat ini? Sebelumnya disebutkan ada kasus lain yang bahkan lebih besar. Dari tahun 2018 hingga 2023, menurut Jaksa Agung pada tahun 2023 kerugian mencapai Rp 193 triliun,” tambah Mahfud MD.
Selanjutnya dia memikirkan bagaimana bila investigasi dilakukan mulai tahun 2018 seperti yang telah diperintahkan.
“Siapa di antara mereka pada tahun 2022 yang kembali ke tahun 2012? Tak ada. Sebab hal ini berkaitan dengan individu-individu yang disebut Raja Minyak. Para Dalang Balas Dendam Minyak. Saat ini tak ada lagi seperti itu. Mereka semua telah berubah,” jelasnya.
Komentar