–
Israel melakukan ofensif skala luas lagi ke arah Iran pada Minggu (15/6/2025). Mereka menyerang markas utama Kementerian Pertahanan di Teheran bersama sejumlah lokasi dituding berkaitan dengan proyek senjata nuklir Iran. Balasan dari pihak Iran pun tak tinggal diam; mereka melepaskan deretan roket yang jatuh di berbagai daerah Israel, menyebabkan korban jiwa antara penduduk biasa dan semakin mengeraskannya situasi tegang secara lokal maupun regional.
Serangan tersebut adalah lanjutan dari serbuan tiba-tiba yang diprakarsai oleh Israel dua hari sebelumnya, bertujuan untuk memusnahkan perkembangan cepat program senjata nuklir Iran. Sebagai tanggapan, Iran melepaskan misil ke berbagai area di Israel dan hal itu menyebabkan setidaknya delapan korban jiwa.
Menurut laporan dari AP News pada hari Minggu tanggal 15 Juni 2025, petugas penanggulangan bencana Israel menyatakan bahwa empat orang meninggal dunia dalam sebuah kompleks apartemen yang terletak di daerah Galilea. Di sisi lain, serangan di wilayah tengah Israel mengakibatkan kematian seorang wanita berumur 80 tahun, satu lagi wanita dengan usia 69 tahun, serta seorang remaja pria berusia 10 tahun.
Pada saat yang sama, serangan udara oleh Israel telah meratakan beberapa infrastruktur krusial milik Iran. Pusat komando Kementerian Pertahanan di Teheran jadi sasarannya, serta tempat-tempat lain yang disebut-sebut berhubungan dengan program nuklir mereka. Berdasarkan gambar satelit yang didapatkan Associated Press dan ditinjau pada hari Sabtu (14/06), dapat diamati adanya kerusakan parah di area instalasi Natanz, mencakup bangunan-bangunan pembangkit tenaga listriknya.
Rafael Grossi, kepala Organisasi Energi Atom Internasional (IAEA), mengungkapkan bahwa bagian atas dari instalasi tersebut rusak parah, sedangkan bagian bawah nampak masih utuh; namun hilangnya pasokan listrik mungkin telah merusak struktur secara tidak terlihat.
Sebagai lanjutan dari serangan di Natanz, Israel juga menghantam fasilitas nuklir di Isfahan yang mengelola proses konversi uranium, serta menghancurkan sejumlah radar dan peluncur rudal di wilayah barat Iran. IAEA mengonfirmasi bahwa empat bangunan vital di Isfahan mengalami kerusakan, meskipun tidak terdeteksi adanya peningkatan radiasi di luar lokasi.
Mengenai efek dari serangan itu, seorang petugas militer Israel yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa proses perbaikan infrastruktur di Natanz dan Isfahan diyakininya akan membutuhkan waktu lebih dari beberapa minggu untuk dipulihkan. Dia juga menyatakan bahwa pihak militernya memiliki bukti spesifik tentang adanya tindakan produksi di Isfahan dengan motif militer.
Sebaliknya, Iran lewat Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan bahwa rudal mereka ditujukan untuk memusnahkan instalasi produksi bahan bakar pesawat tempur yang dimiliki oleh Israel. Tambahan lagi, beberapa media setengah resmi dari Iran melaporkan terjadinya ledakan masif akibat serangan dron Israel pada infrastruktur pengepungan gas alami di lapangan South Pars. Akan tetapi, sampai saat ini pihak militer Israel belum membuka suara secara formal atas insiden tersebut.
Pada saat yang sama, jumlah korban jiwa di Iran mulai terungkap dengan jelas. Dewan Perwakilan Tetap Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan bahwa sedikitnya 78 orang meninggal dunia dan sekitar 320 lainnya menderita cedera karena serangan Israel. Dalam daftar korban tewas termasuk tiga pemimpin militer tingkat atas yaitu Kepala Staf Tentara Gabungan Jenderal Mohammad Bagheri, Panglima Pasukan Pengawal Revolusi Islamis (Garda Revolusi) Jenderal Hossein Salami, serta Ketua Unit Udara Korps Badawi IRGC Jenderal Amir Ali Hajizadeh. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sudah menunjuk Jenderal Majid Mousavi untuk mengambil alih posisi Hajizadeh.
Serangan militer ini turut menghentikan jalannya diplomatasi saat ini. Pembicaraan babak keenam tentang masalah nuklir yang akan datang pada hari Minggu antara Iran dan Amerika Serikat akhirnya ditunda. Seorang pejabat tinggi dari pihak AS tanpa disebutkan namanya berkata, “Kami masih komited dalam pembicaraan serta harapan kami agar Iran bisa kembali bergabung.” Di sisi lain, Menlu Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa pertemuan itu sekarang sudah tak relevan lagi,” dia juga tuduh AS telah mendorong serangan oleh Israel, walaupun Amerika membantah hal tersebut.
Presiden AS Donald Trump juga menyuarakan pendapatnya. Dia menekankan urgensi bagi Iran agar segera merundingkan persetujuan mengenai senjata nuklir, seperti yang ia nyatakan secara jelas: “Iran harus membahas perjanjiannya sebelum segalanya menjadi terlalu telat,” ucapnya.
Pada pengumuman berbeda, Israel menyatakan bahwa ribuan serangannya selama beberapa hari terakhir menghasilkan kematian banyak jenderal vital bersama dengan sembilan ilmuwan dan ahli senior yang terkait dengan proyek senjata nuklir Iran. Di sisi lain, diberitakan bahwa sistem perlindungan udara milik AS juga turut membantu untuk menjungkal peluru kendali Iran yang melewati wilayah tersebut.
Di Israel, dampak dari insiden tersebut dapat terlihat dengan adanya korban jiwa dan kerugian materiil. Dalam serangan awal yang dilancarkan oleh Iran dari Jumat malam sampai Sabtu pagi, tiga orang meninggal dunia dan sekitar 174 lainnya luka-luka. Operasi penerbangan di bandara internasional nasional pun harus sementara dipadamkan. Di daerah pemukiman yang berdekatan dengan Tel Aviv, wartawan Associated Press melaporkan bahwa mereka menemukan gedung-gedung serta kendaraan rusak parah, pecahan kaca bertebaran, dan penduduk setempat sedang melakukan evakuasi membawa barang-barang milik mereka. Personel tim penjaga keselamatan juga mempergunakan teknologi pesawat tanpa awak atau drone guna mendeteksi keberadaan korban yang mungkin saja masih tertimpa reruntuhan di lokasi-lokasi yang sukar dicapai.
Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri Tiongkok mengingatkan bahwa penyerangan ke instalasi nuklir dapat membentuk “preseden berbahaya.” Ketakutan global tentang kemungkinan terjadinya pertempuran besar-besaran kian bertambah, terlebih ketika Israel sedang berusaha menetralkan pasukan militer Hamas di Gaza dalam periode konfrontasi yang sudah mencapai 20 bulan.
***
Komentar