Business commerce indonesia international relations Politik
Beranda / Politik / Indonesia Diminta Optimalkan Negotiation dengan AS untuk Hadapi Perang Dagang Global

Indonesia Diminta Optimalkan Negotiation dengan AS untuk Hadapi Perang Dagang Global

Indonesia Diminta Optimalkan Negotiation dengan AS untuk Hadapi Perang Dagang Global
Indonesia Diminta Optimalkan Negotiation dengan AS untuk Hadapi Perang Dagang Global

Kareba Nusantara, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan acara silaturahmi bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di restoran Parle Senayan, Jakarta Pusat.

Acara yang diprakarsai oleh Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia Yugi Prayanto ini juga dimeriahkan kehadiran dari Wakil Ketua Umum Koordinator (WKUK) Bidang Pangan Kadin Indonesia Mulyadi Jayabaya serta Direktur Jenderal Pengembangan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tornanda Syaifullah.

Mulyadi menyatakan bahwa sangat vital untuk memiliki sikap optimis serta kerjasama dalam mengatasi berbagai hambatan ekonomi, seperti halnya pengaruh dari aturan tariff yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS).

“Tentu saja ini bukan hanya semacam halal bihalal, tetapi kita juga mempertimbangkan perkiraan masa mendatang. Mengingat situasi ekonomi saat ini serta keputusan yang diambil oleh Amerika Serikat, kami telah berdiskusi bersama-sama. Semoga Allah menghendaki, para pebisnis jangan sampai merasa putus asa,” ungkap Mulyadi dalam pernyataannya pada hari Sabtu (19/4/2025).

Pada saat bersamaan, Yugi Prayanto menggarisbawahi kebutuhan bagi sektor bisnis untuk turun tangan secara aktif dalam diskusi tentang masalah-masalah perdagangan global, terlebih lagi di tengah konflik tariff yang ada.

Meninggal di Kamboja: Petualangan Pemuda Bekasi yang Gagal Rubah Nasib Karena Siksaan

“Kuncinya adalah kita harus menyampaikan pendapat saat ada isu-isu yang perlu diperbarui terkait dengan masalah perang tarif ini yang sedang hangat,” jelas Yugi.

Menurut dia, walaupun pembicaraan dengan Amerika Serikat sedang berjalan, para pengusaha tetap perlu mengemukakan pendapat mereka. Dia menambahkan, “Jikalau tarif-nya terlalu tinggi, tentu saja pebisnis enggan untuk membeli barang tersebut, seperti halnya udang.”

Yugi juga menggarisbawahi betapa krusialnya peningkatan kualitas data di bidang nelayan. Dia menjelaskan bahwa pihak berwenang bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) serta stakeholder terkait sedang merumuskan strategi guna mereformasi pengolahan big data pada industri perikanan.

Yugi menyatakan bahwa langkah tersebut sangat penting untuk menentukan tujuan pertumbahan sektor dengan tepat.

“Pemerintah, BPS serta pihak-pihak yang berkepentingan sedang menemukan cara-cara untuk mengoptimalkan pengelolaan big data sektor perikanan. Setelah big datanya jelas, maka dapat dihitung secara tepat sasaran pertumbuhannya yaitu 8 persen,” katanya.

Heboh Temuan Mayat Tak Berpakaian dalam Karung yang Sudah Membusuk oleh Pemancing

Yugi mengatakan bahwa ide tersebut sesuai dengan target untuk menjadikan nelayan sebagai primadona dalam ekspor komoditi di Indonesia.

“Sebab hal ini berdampak pada masyarakat kecil, nelayan serta petani rawa yang mencapai jutaan,” tandasnya.

Selanjutnya, Yugi percaya bahwa masalah sosial bisa menjadi faktor utama yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat saat membuat kebijakan perdagangan.

” Amerika Serikat umumnya sangat peduli terhadap masalah sosial. Selain itu, negara tersebut tidak memiliki kemandirian dalam sektor perikanan, sehingga tentu membutuhkan ikan dari kami. Oleh karena itu, faktor dorong dan tarik ini cukup signifikan,” tegas Yugi.

Selanjutnya, Direktur Jenderal Tornanda Syaifullah menggarisbawahi bahwa pihak berwenang sedang merancang langkah-langkah tegas yang akan diimplementasikan dalam kurun waktu 90 hari setelah penetapan tariff tersebut dilaksanakan.

Taman Safari Indonesia: Dengar Kisah dari Penyelamat Hewan hingga Gugatan Mantan Karyawan OCI

“Pemerintah masih berupaya mencari solusi optimal. Kami telah ditetapkan batasan waktu selama 90 hari mulai saat keputusan ini diumumkan. Inilah kesempatan besar bagi kami untuk melakukan perubahan menyeluruh dalam sistem industri dari awal sampai akhir. Semua aspek harus direvisi sehingga hasil produksi kami dapat bersaing secara global. Apabila pasokan ke Amerika (Serikat) menjadi tak mungkin dikarenakan bea masuk yang sangat tinggi, maka fokus alternatif lainnya akan diprioritas pada wilayah baru seperti Uni Emirat Arab, kawasan Asia Tenggara, ataupun negara-negara di benua Eropa,” ungkap Tornanda.

Berikut adalah informasinya: menurut data yang dirilis oleh KKP, Amerika Serikat (AS) merupakan destinasi eksportir terbesar untuk produk ikan domestik tahun ini. Ekspor ke negeri tersebut bernilai hingga 1,90 miliar dolar AS dan menyumbang sekitar 31,97% dari seluruh nilai ekspor hasil laut Indonesia dalam setahun 2024.

Posisi berikutnya diambil oleh China dengan kontribusi 20,88% dari total ekspor perikanan Indonesia, disusul oleh ASEAN yang memiliki 14,39%, Jepun menyumbang 10,06%, dan Uni Eropa mencapai 6,96%.

AS juga dikenal sebagai salah satu destinasi utama untuk ekspor udang Indonesia yaitu sebesar 63% dari total volume ekspor udang pada tahun 2024 dengan angka mencapai 214.575 ton, disusul oleh Jepang dengan 15%, lalu China dan ASEAN masing-masing 6%, Uni Eropa 4%, sementara itu Rusia, Taiwan, dan Korea berkontribusi sebanyak 1%.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com