,
Jakarta
– Menurut ekspert ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, kebijakan tersebut memiliki dampak
tarif resiprokal
Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia cukup lunak.
Dalam pandangan saya, jika kita bicara tentang aspek perdagangannya,
impact
apa yang akan dihasilkan oleh keputusan tersebut
Trump
ini,
resiprocal tariff
mungkin untuk perdagangan di Indonesia dapat disebut cukup stabil,” katanya pada Diskusi Publik
Waspada Genderang Perang Dagang
yang diselenggarakan oleh Indef di Jakarta pada Jumat, 4 April 2025.
Secara umum, Fadhil mengatakan bahwa kira-kira 10 produk ekspor Indonesia terpengaruhi oleh kebijakan tariff balasan dari Amerika Serikat.
Dilansir dari
Antara,
Beberapa barang eksportasi Indonesia seperti tekstil, pakaian jadi, sepatu, serta minyak kelapa sawit diprediksi bakal menghadapi imbas dari aturan baru tersebut. Terutama untuk sektor tekstil di Indonesia disinyalir semakin menurun.
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia melaporkan bahwa 60 perusahaan tekstil gulung tikar selama dua tahun belakangan ini. Sementara itu, Kementerian Tenaga Kerja menyatakan bahwa lebih dari 24 ribu pekerja di industri tekstil mengalami PHK sepanjang tahun 2024.
Asosiasi Pemilik UsahaKonveksi Tradisional juga mengantisipasi bahwa hanya perusahaan-perusahaan berukuran sedang hingga besar saja yang akan merasakan dampak penutupan pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, PHK tidak hanya terbatas pada sektor tersebut; dalam skala yang lebih luas lagi, banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diproyeksikan untuk melakukan PHK kepada karyawan mereka. Diperkirakan jumlahnya bisa mencapai 1.000 entitas UMKM dengan total pekerja yang kehilangan penghasilan dapat mencapai ratusan ribu orang.
Akan tetapi, mengingat bahwa kebijakan tersebut juga diimplementasikan di beberapa negara lain, seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand yang menjadi kompetitor Indonesia, dia menyimpulkan bahwa pengaruhnya pada Indonesia relatif lebih rendah.
“Bahkan, bisa jadi untuk Vietnam atau Malaysia hal tersebut berarti menghadapi tarif yang lebih tinggi daripada Indonesia,” ujarnya.
Saat ini, Amerika Serikat menduduki peringkat kedua sebagai mitra perdagangan terbesar untuk Indonesia, di belakang Tiongkok. Kira-kira 10,5% dari seluruh ekspor yang dilakukan oleh Indonesia ditempatkan pada pasar Amerika, sehingga membuat negeri itu menjadi destinasi penting bagi sejumlah besar barang unggulan tanah air kita.
Di samping itu, Indonesia juga sukses meraih surplus dagang yang cukup besar terhadap Amerika Serikat, yaitu senilai 16,8 miliar dolar AS. Angka ini memperlihatkan bahwa nilai barang dan jasa yang diekspor oleh Indonesia kepada AS lebih tinggi daripada jumlah produk yang diimpor dari negeri tersebut, hal ini mencerminkan keterlibatan dalam transaksi bisnis yang umumnya memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia.
Akan tetapi, situasi tersebut mungkin saja beralih sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, merilis keputusan baru tentang bea masuk pada hari Rabu, 2 April 2025. Di dalam pengumumannya, Trump menyebutkan peningkatan taxp
tarif impor
Dengannya minimal 10%, kebijakan ini diterapkan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ini adalah komponen penting dari upaya signifikan yang dipromosikan untuk melindungi pasar dalam negeri Amerika Serikat serta memangkas ketergantungan pada barang-barang impor.
Di antara deretan negara yang dipengaruhi oleh aturan baru tersebut, Indonesia menduduki posisi delapan, dengan bea masuk sebesar 32%. Angka ini cukup signifikan apabila dibandingkan dengan angka dari beberapa negara lainnya, serta dapat membatasi kemampuan kompetitivitas barang-barang diekspor dari Indonesia di pasaran AS.
Secara umum, kira-kira 60 negara termasuk dalam daftar penerima aturan tariff baru tersebut. Tariff balasan yang dipungut memiliki nilai setengah dari jumlah yang mereka aplikasikan pada barang impor Amerika Serikat. Kebijakan ini merupakan jawaban atas praktek dagang menurut pandangan Pemerintahan AS adalah tidak adil serta menguntungkan bagi kepentingan ekonomi lokal mereka sendiri.
Daftar itu menunjukkan bahwa Indonesia tidak sendirian sebagai negara ASEAN yang merasakan dampaknya. Negara-negara lain di wilayah ini, yaitu Malaysia, Kamboja, Vietnam, serta Thailand pun turut menghadapi peningkatan tarif dengan rincian untuk setiap negara adalah 24%, 49%, 46%, dan 36% secara berurutan.
Trump mengumumkan bahwa kebijakan tariff ini ditujukan untuk membentuk lebih banyak kesempatan kerja di dalam negeri. Dia bersama dengan para petinggi administrasinya percaya bahwa Amerika Serikat sudah merugi akibat beberapa negara lewat cara-cara dagang yang dinilai tak seadilan.
Biaya-biaya yang sudah lama dipertimbangkan oleh Trump akhirnya dirilis pada sebuah acara bernama “Membuat Amerika Kembali Kaya” yang diselenggarakan di Taman Mawar, Istana Putih.
Ilona Estherina
dan
Vindry Florentin
ikut berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.
Komentar