Kareba Nusantara – JAKARTA Laju peningkatan dana pihak ketiga (DPK) di bank perekonomian rakyat (BPR) terlihat menurun pada awal tahun 2025. Beberapa BPR kemudian menerapkan beragam strategi agar jumlah DPK meningkat.
Menurut laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari Kamis tanggal 16 April, dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia naik sebesar 4,03% secara year-on-year (YoY) hingga bulan Januari 2025.
Pada periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah dana pihak ketiga (DPK) di BPR mencapaiRp 138,27 triliun dan meningkat menjadi Rp 143,84 triliun pada Januari 2025. Sayangnya, hal tersebut menunjukkan pertumbuhan tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tersebut terlihat menurun apabila dikomparasikan dengan kondisi pada bulan Desember 2024 di mana nilainya mencapai Rp 143,45 triliun, mengalami kenaikan sebesar 0,28% (bulan ke bulan).
Walau begitu, ada pula beberapa kali terakhir sebagian BPR yang menunjukkan peningkatan DPK. Seperti halnya BPR Karya Artha Sejahtera. Pada semester I tahun 2025, institusi tersebut melaporkan pertambahan DPK senilai 8,38% secara year-on-year (YoY) hingga mencapai angka Rp 186,36 miliar dari sembilan belas ribu delapan ratus lima puluh juta tiga ratus enam puluh ribu Rupiah pada periode sama tahun 2024.
Ada juga BPR Hasamitra yang di akhir tahun 2024 ini melaporkan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 5,17% secara year-on-year (YoY), yaitu menjadi Rp 467,37 miliar dari sebelumnya Rp 444,42 miliar pada periode pertama tahun 2023.
Pada masa yang sama dengan Hasamitra, DPK BPR Syariah Artha Madani mengalami kenaikan 33,08% secara tahun-ke-tahun menjadi Rp 159.86 miliar dari sebelumnya Rp 120.12 miliar.
Pada kuartal ketiga tahun 2024, BPR Modern Express mengalami pertumbuhan sebesar 4,37% secara year-on-year (YoY), yang setara denganRp 753,24 miliar.
Rp 721.67 miliar pada masa yang sama di tahun 2023.
Tedy Alamsyah, Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo), menyebutkan bahwa setiap BPR memiliki taktik tersendiri untuk meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) mereka. Menurutnya, langkah-langkah tersebut disesuaikan berdasarkan karakteristik demografis dan keadaan ekonomi di daerah masing-masing.
Secara berkaitan, Perbarindo terus menerapkan aktivitas yang meliputi pendidikan dan kesadaran publik atau literasi.
branding Industri ini dikomunikasikan secara berkala kepada publik,” jelas Tedy Alamsyah kepada Kareba Nusantara, pada hari Kamis (17/4).
Tedy mengatakan bahwa strategi ini menjadi sangat membantunya berkat kebijakan tingkat suku bunga simpanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yang dianggap cukup bersaing. Pada saat ini, LPS menetapkan batas atas untuk tarif jaminan bungan bagi Badan Usaha Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 6,75%, angka tersebut lebih tinggi daripada bank umum yang hanya mencapai 4,25%.
“Ini merupakan advantage value “Untuk BPR dan masyarakat yang menyimpan dana di BPR,” ungkap Tedy.
Marilah kita perhatikan usaha yang dilakukan oleh BPR Syariah Artha Madani. MenurutDirektur Utamanya,
Cahyo Kartiko mengatakan bahwa bank tersebut memiliki berbagai strategi jangka panjang untuk mendorong peningkatan DPK. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan diversifikasi pasaran tanpa memilah-milah lapisan masyarakat.
“Awalnya fokus pada kelompok pasarnya yang terdiri dari kalangan menengah hingga atas, kemudian pengembangannya diperluas untuk mencakup pasar ritel, pasar tradisional, institusi pendidikan, serta lembaga-lembaga agama,” jelas Cahyo saat diwawancarai oleh Kareba Nusantara, Kamis (17/4).
Karena itu, Cahyo dari BPRS Artha Madani menyebutkan bahwa bank syariah memberikan berbagai manfaat yang menggiurkan untuk para pelanggannya.
Sebagai contoh untuk produk Syariah Madani iB, BPRS Arta Madani mengikuti prinsip akad.
mudharabah mutlaqah.
Ini berarti bahwa perusahaan mendapatkan izin dari pelanggan untuk mengatur dan menyalurkan dananya dengan cara yang produktif. Nantinya, laba yang didapat akan dibagikan secara merata sesuai dengan proporsionalitas yang sudah ditentukan sebelumnya.
Penempatan deposito minimal sudah tersedia sebesar Rp 1 juta dan berlaku untuk periode 1, 3, 6, sampai 12 bulan. Menariknya lagi, BPRS Arta Madani menyediakan layanan ini.
pick up service atau mengantarkan atau menjemput dokumen menggunakan fasilitas automatic roll over
(ARO) serta tanpa biaya materai.
Terdapat juga dua jenis produk deposito tambahan yaitu Deposito Plus iB dan Deposito Syariah Madani Ultima iB.
Selanjutnya untuk produk Tabungan Wadiah iB milik BPRS Arta Madani, jumlah setoran awal minimum ditentukan sebesar Rp 20 ribu dengan tidak ada biaya administrasi. Jenis akad yang digunakan adalah akad tersebut.
wadiah.
“Pada dasarnya, layanan BPRS Arta Madani dibuat agar seimbang antara produk-produk yang disediakan untuk memfasilitasi transaksi nasabah dan produk-produk yang dikhususkan untuk investasi,” jelas Cahyo.
Menggunakan strategi tersebut, Cahyo menyatakan bahwa DPK BPRS Artha Madani sudah meningkat sebesar 7,07% secara year-on-year pada kuartal pertama tahun ini. Namun, dia tidak memberikan detail lebih lanjut tentang jumlahnya. Dia menegaskan, “Bagian tertentu dari peningkatan DPK tersebut akan dipergunakan untuk mengganti dana-dana yang berasal dari transaksi antara bank.”
Sungguh serius, Cahyo mengambil keberanian untuk menetapkan target pertumbuhan DPK bank yang dipimpinnya mencapai 20% YoY pada akhir tahun.
Komentar