PIKIRAN RAKYAT
– Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengungkap penurunan mudik Lebaran 2025 sekira 4,69% dibandingkan dengan realisasi pada 2024 yang mencapai 162,2 juta orang, tahun ini tercatat 154,6 juta jiwa.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pun menduga bahwa pola perpindahan wisatawan selama masa liburan Idulfitri pada tahun 2025 akan menunjukkan trend penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Kami juga tengah melaksanakan survei mengenai hal ini, namun dalam istilah singkat, bila kami mendengar pendapat sejumlah pengurus PHRI di berbagai wilayah, jelas bahwa trend-nya adalah penurunan ketimbang tahun 2024,” ungkap Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran pada hari Jumat, tanggal 11 April 2025, demikian dilaporkan oleh Antara.
Penurunan Daya Beli Masyarakat
Menurut Yusran, trend penurunan tersebut dapat diamati dari persentase penggunaan seluruh jenis transportasi resmi yang sudah disetujui oleh pemerintah berkurang hingga 30 persen.
“Sesudah periode kenaikan okupansi yang cukup panjang, masa berlangsung kenaikannya justru singkat, hanya tiga hingga empat hari saja. Setelah itu, okupansi mengalami penurunan mendadak, contohnya dari level 80% sampai 90%, kemudian turun secara signifikan menjadi sekitar 20%. Bahkan beberapa kasus mencatatkan tingkat dibawah ini,” ungkapnya.
Penurunan serupa pun dialami oleh industri perhotelan dan rumah makan yang dipicu oleh menurunnya kemampuan pembelian orang-orang. Keadaan ini sungguh memprihatinkan mengingat biasanya warga akan mencoba semaksimal mungkin untuk dapat pulang kampung.
“Bila kita membahas mengenai penurunan kemampuan pembelian, mari kita amati bahwa kondisi ekonomi sebenarnya kurang baik. Terdapat banyak pengeluaran paksa tenaga kerja atau PHK dan berbagai tantangan lainnya serta kebijakan domestik yang belum stabil,” jelas Yusran.
Alasan tambahan yang dia angkat adalah masalah terkait peminjaman.
online
(pinjol) yang jumlahnya terus bertambah, menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia saat ini kurang menguntungkan dan membuat sebagian orang ragu untuk pulang kampung.
Persentase hunian di beberapa area meningkat, namun pola ini tidak akan berlanjut lama walaupun masa liburan Idulfitri tahun 2025 cukup ekstensif.
Masalah kita adalah bahwa tingkat hunian yang diharapkan mungkin akan bertahan cukup lama, namun kami menghadapi tantangan akibat adanya penurunan ini.
low season
Yang sangat memprihatinkan saat bulan puasa, ternyata sasarannya tidak terpenuhi dan hal yang paling utama setelah adanya kenaikan itu, penurunan berikutnya langsung mengalami penurunan yang signifikan,” katanya.
Efisiensi Anggaran
PHRI telah beberapa kali mengadakan pertemuan dan berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dalam mengatasi hal ini selain tengah melakukan survei.
Namun, efisiensi anggaran membuat kementerian dan lembaga mengalami kesulitan menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan hotel dan restoran seperti biasanya.
Menurun pendapatnya, aktivitas pemerintahan dapat memberikan kontribusi finansial signifikan bagi beberapa wilayah yang tidak mempunyai beragam tempat pariwisata.
PHRI sudah mengirim surat ke Menteri Keuangan sampai kepada Presiden Prabowo Subianto untuk membahas permasalahan tersebut. Dia ingin pihak pemerintah dapat mendorong para investor agar menyiapkan fasilitas penginapan di area sekitaran tempat pariwisata.
Sektor perhotelan pun bakal berkembang apabila pemerintah sering mengadakan berbagai kegiatan seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua.
“Sepakat tentang peningkatan efisiensi namun upaya tersebut perlu dikerjakan secara cermat supaya tak memberi dampak negatif pada kelangsungan akomodasi ini. Kami bukan melawan ide kreatif dalam mengembangkan pangsa pasar baru, tetapi untuk periode singkat sebaiknya solusi datang dari pihak pemerintahan itu sendiri,” katanya.
Ia menilai saat ini momentum yang tepat membenahi sektor pariwisata Indonesia dari sisi regulasi, investasi dan penguatan peran pariwisata untuk perekonomian nasional.***
Komentar