Business disasters history politics Travel
Beranda / Travel / Ceritaku tentang Perjalanan Pulang Tiba-tiba Yang Menyenangkan

Ceritaku tentang Perjalanan Pulang Tiba-tiba Yang Menyenangkan

Ceritaku tentang Perjalanan Pulang Tiba-tiba Yang Menyenangkan

Memang benar, kehidupan di dunia ini dibuat dengan sangat dinamis. Perubahan yang ada adalah kenyataan untuk mengingatkan kita supaya tak cepat sombong. Bagi mereka yang memiliki rezeki lebih, jangan seenaknya sendiri dalam bertindak. Sementara bagi orang-orang yang tengah merasakan kesulitan, jangan biarkan diri terjebak dalam perasaan putus asa.

Jalan hidup selama separuh abad ini sudah memberikan pelajaran banyak kepada saya. Saya merasa sangat bersyukur atas semua pengalaman baik itu yang lampau maupun yang tengah berlangsung saat ini. Dengan segala kemampuan dan upaya, saya hanya bisa melaluinya satu langkah demi satu langkah.

Cerita tentang pulang kampung, suatu kali saya menemui pengalaman yang lumayan aneh. Di waktu tersebut, keluargaku dan saya benar-benar dalam kondisi hemat sekali. Bahkan hingga ke titik di mana kita tidak mampu membeli tiket pulang kampung apalagi menyisihkan uang untuk membayar zakat fitrah bagi seluruh anggota keluarga; harus ada usaha ekstra agar bisa mencukupinya.

Selama berbuka puasa, saya rutin berkunjung ke beberapa mesjid secara bergiliran. Lalu menjelang hari-hari terakhir bulan Ramadhan, saya melakukan itikaf sambil menyantap sahur di mesjid yang memiliki jadwal khusus tersebut. Ini cukup membantu dalam menekan biaya keluarga.

Pada saat Idul Fitri dulu, tak pernah terpikir untuk mudik ke kampung halaman. Sejak lama, saya dan istriku telah merencanakan respons yang serupa untuk situasi tersebut. Ketika orang tua atau kerabat bertanya tentang waktu kepulangan kita, kami sudah memiliki jawaban bersama sebelumnya.

Outstanding di Keuangan: 4 Shio Ini Raih Keberuntungan dengan Tabungan Tambahan!

Apakah itu sistem pre-order untuk tiket kereta? Keadaan finansial sungguh tak mendukung. Kita kurang bersemangat mengincar tiket pulang kampung walaupun informasi tentang pemesanan tiket lebar sekali disebarluaskan. “Ya ampun, uangnya dari manalah?” demikian bisikan hati ini berkata.

Dapat disebutkan bahwa kita cukup tenang saat menjelang akhir bulan puasa Ramadan. Orang tua serta keluarga telah menyadari kehadiran kita yang jarang. Menggunakan dalih yang dibuat-buat dengan cermat, mereka tak sadar kalau kita tengah dalam pengaturan keuangan yang ketat.

Pada sore hari ke-27 bulan Ramadhan, sekitar lima menit sebelum waktu berbuka puasa, telepon genggam saya berdering. Nama seseorang yang sungguh akrab terlihat di layarnya. Teman saya itu menelepon dan kita sudah cukup lama berteman satu sama lain.

“Pak, mohon maaf sebelumnya. Saya baru saja mendapat informasi mengejutkan. Bisakah saya mengikutsertakan diri dalam program mudik Lebaran secara cuma-cuma itu?” suara terdengar dari sisi lain telepon.

— —-

Konferensi WeSWAM 2025: Dapatkan Manfaat Anti-Penuaan dengan Botulinum Toxin Nabota dari Daewoong Pharmaceutical

Kompasianer, saya sepenuh hati setuju bahwa definisi teman merupakan suatu kekayaan yang tidak dapat diukur dengan uang. Sangat jelas bagi saya akan nilai penting untuk merawat persahabatan dengan sebaik mungkin.

Untuk sahabat yang sudah lama dikenali ataupun baru saja bertemu, hindarilah perilaku mengecewakan saat membuat janji. Tidak seharusnya Anda dengan sengaja menghalangi, merendahkan apalagi melukai mereka. Kedepannya mungkin esok hari masih menjadi sesuatu yang tak terduga dan sewaktu-waktu kita akan memerlukan dukungan dari pihak mereka.

Sikap serta kata-kata harus dijaga supaya teman-teman merasa nyaman ketika berkumpul. Tidak perlu menyinggung, bertingkah sombong, atau membicarakan orang lain karena hal tersebut tidak bermanfaat sama sekali. Usahakan untuk selalu tampil dengan senyum bahkan jika mood Anda sedang kurang baik.

Setelah itu amati dan nantikan, kedatangan moment tak terduga yang menghadirkan keajaiban. Keajaiban ini muncul pada waktunya tepat ketika kita amat sangat memerlukannya. Walaupun kesulitan tidak disebutkan, bahkan jika kita enggan untuk minta bantuan pun demikian.

Saya percaya bahwa para Kompasianer mengerti tentang tatacara perilaku yang sesuai untuk orang dewasa. Merawat persahabatan dapat disamakan dengan menjaga suatu kekayaan.

5 Pantai Terpilih di Gunungkidul: Surga Tersembunyi Untuk Snorkeling dengan Pemandangan Bawah Laut Memukau

Jika kita bertingkah sembarangan, maka teman-tingkah mereka pun menjadi seenaknya sendiri. Namun bila kita dapat mengontrol perilaku dengan baik, pastinya para teman akan mulai merespecti dan menyayangi kita. Bahkan dampak positif sekecil apa pun perlu dipupuk karena hal tersebut pada akhirnya akan dihargai oleh orang lain dan mencerminkan siapa kita bagi lingkungan kami.

Terkait dengan masalah tiket pulang kampung, tak terbayangkan dari mana dayanya. Temanku ini bersemangat untuk menekan nomorku. Meskipun kita sudah cukup lama tidak bertukar kabar atau saling menyapa. Hanya kadang-kadang melike unggahan media sosial dan sekilas mengunjungi cerita Instagram-nya.

Saat sedang mencari tiket, namun tak terlalu berharap lantaran kekurangan dana. Tiba-tiba teman muncul, dan tiket pulang kampung pun semakin dekat menghampirinya.

Berikut adalah ceritaku mengenai perjalanan pulang yang tak terencana.

Ceritaku tentang Perjalanan Pulang yang Tidak Terencana

“Bila menghadapi kesulitan yang berat, bagikan pada suami atau istri Anda. Hindari menceritkan masalah tersebut kepada orang tua, nanti mereka khawatir,” saran kakak ipar.

Pernah suatu waktu, saya bersama istrinya menikmati suasana yang luas dan menyenangkan. Ada kalanya diajak untuk menghadiri pesta perkawinan teman di Jogja, kami tanpa ragu memesan tiket pesawat pulang-pergi. Untuk kemudahan dan kenyamanan, kami pun menginap di sebuah hotel saat berada di Jogja.

Keluarga pulang ke desa dengan menggunakan pesawat dan membawa ibu mertua bersama-sama. Karena bandara terdekat berada di Solo, kami menyewa mobil untuk perjalanan dari sana yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam.

Si kecil yang masih dini usia, terus meminta mainan dan itu selalu dipenuhi orangtuanya. Akibatnya ruangan tidurnya menjadi ramai dengan koleksi mainannya yang kerap kali acak-acik. Tumpukan VCD-nya banyak sekali, mayoritas adalah film animasi favorit si buah hati tentang Thomas and Friends.

Eits, roda kehidupan berputar memang benar adanya. Kita pun pernah merasakan situasi sulit di mana kita harus menantikan transfer gaji untuk bisa membeli beras. Ada kalanya kami bekerja membuat konten, lalu dibayar dengan voucer belanja dari suatu merek. Voucer tersebut kemudian digunakan sebagai tambahan dana bulanan sang istri.

Meskipun kami mengalami kesulitan dalam pernikahan, saya dan istriku setuju untuk tidak memberi tahu kedua orang tua kami. Mengingat nasihat dari saudara iparku, hanya kabari hal-hal positif kepada mereka. Orang tuaku sudah berumur, jadi jangan menambah beban pikirannya.

Tentang keberangkatan untuk pulang kampung, kita sampaikan dengan sangat teliti. Namun setelah itu, tanpa mereka sadari aku mengoreksinya. Aku tetap dapat melakukan perjalanan pulang kampung dan bahkan menggunakankelas eksekutif.

— —

“Bagaimana dengan program pulang kampung gratis itu?” tanyaku, karena aku sangat ingin mengetahui lebih lanjut tentang hal tersebut.

“Begini nih mas, ini adalah kali pertama perusahaan kita menyelenggarakan program pulang kampung gratis,” sahabatku pun memulai penjelasannya.

Jadi, dengan singkatnya, saya dihadiahi kesempatan untuk memiliki dua buah tiket perjalanan pulang secara cuma-cuma. Tiket tersebut berupa tiket kereta api kelas eksekutif. Jadwal keberangkatan diprogram pada hari kedua sebelum Lebaran dan ditentukan sesudah waktu shalat Subuh.

Mengetahui berita bagus itu, kepala saya terasa segar layaknya disiram air dingin. Saya sungguh bersyukur, mendapat kabar baik dari sahabat adalah anugerah. Saya setuju dan akan segera memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Setelah berkonsultasi dengan pasangan saya, ternyata mustahil bagi seluruh keluarga kami – yang terdiri dari empat anggota – untuk pulang kampung bersama-sama. Kebetulannya, salah satu keponakan sedang menempuh pendidikan di Bogor dan direncanakan akan mudik menuju Solo pada Lebaran kali ini. Oleh karena itu, kita setuju bahwa satu tiket tersebut diserahkan kepada sang keponakan.

Karcis Lebaran yang jika dibeli memiliki harga mendekati satu juta per karcis. Pada hari tersebut, saya diberikan secara cuma-cuma, untuk dua tempat duduk sekaligus. Sebenarnya, meskipun hanya tiket ekonomi, saya harus berpikir berkali-kali lipat.

Saya terus-menerus mengungkapkan kesyukuran, karena rahasia Ilahi datang dengan sangat mendadak dan memikat. Meski sedang berhemat-hemat, alam semesta tetap membuka jalannya yang tidak terduga.

Saya dapat pulang kampung menggunakan kereta eksekutiv dan melewati rute yang sungguh istimewa. Hal ini terjadi secara mendadak, disponsori oleh seorang teman yang sudah lama tidak bertemu.

Sekarang saya mengulangi ceritanya, merespons topik Ramadan Bercerita pada . Ini menjadi kisah pribadi saya tentang perjalanan pulang tak terencana.

Semoga bermanfaat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com