culture decluttering psychology psychology of everyday life society
Beranda / society / 7 Karakteristik Orang yang Susah Buang Benda Tertentu, Menurut Ilmu Psikologi

7 Karakteristik Orang yang Susah Buang Benda Tertentu, Menurut Ilmu Psikologi

7 Karakteristik Orang yang Susah Buang Benda Tertentu, Menurut Ilmu Psikologi



Untuk sebagian orang, barang bekas atau yang sudah tidak terpakai bisa jadi harta karun yang bernilai.

Sebagian orang tampaknya menjalin ikatan khusus dengan benda-benda yang dimiliki.

Seringkali, orang-orang itu menyimpan benda-benda tertentu tidak karena harganya, melainkan karena mereka berpendapat bahwa bisa jadi akan dibutuhkan di masa depan atau sebagai persiapan.

Sebenarnya, kebiasaan menyimpan benda-benda tidak berguna tak cuma karena sikap terlampau waspada.

Berdasarkan ilmu psikologi, individu yang mengalami kesulitan dalam meninggalkan benda tertentu umumnya memiliki sifat-sifat pribadi khusus.

Perhatikan Baik-Baik! Makna Nyata Isyaratlampu Sein pada Bis Saat Melintas dan Menyalip

Berdasarkan laporan dari Geediting, ini dia 7 karakteristik kepribadian milik orang-orang yang mengalami kesulitan dalam melepas benda-benda demi persiapan di masa depan.


1. Sering kali sentimental

Orang yang mengalami kesulitan dalam melepaskan benda-benda tertentu biasanya memiliki perasaan emosional yang kuat terhadapnya.

Tiap benda, tak peduli betapa remehnya terlihat, bisa menampung ingatan atau perasaan yang sukar untuk dilepas oleh mereka.

Untuk mereka, membuang benda-benda tersebut ibarat meninggalkan sebagian kenangan dari masa lalunya.

Orang yang Lebih Suka TikTok dari Instagram Memiliki 7 Karakteristik Pribadiunik: Apa Sajakah Itu?

Psikologi menunjukkan bahwa ikatan emosional dengan barang-barang tersebut adalah hal biasa bagi orang-orang yang kesulitan membersihkan dan menyusun ruangan mereka.


2. Menemukan kemungkinan di setiap aspek

Masyarakat yang mengalami kendala dalam mendaur ulang sampah cenderung menemukan nilai pada setiap item. Mereka yakin bahwa meskipun suatu objek tampaknya sederhana atau cacat, tetap bisa diolah kembali atau ditingkatkan “pada waktunya”.

Psikologi menggambarkannya sebagai estimasi yang sangat optimistis. Kami meramalkan bahwa kami akan menggunakan lebih banyak barang tersebut di kemudian hari, sehingga menyulitkan untuk membuangnya.


3. Mempertahankan kontrol

Jika Seseorang Gunakan 7 Frasa Ini, Mereka Bisa Orang Malas Pikir, Kata Psikolog

Saat kehidupan tampaknya tidak dapat diprediksi, kita cenderung mencari metode untuk memulihkan kontrol. Bagi beberapa orang di antara kita, kontrol tersebut mungkin hadir melalui bentuk kekayaan material.

Menyimpan benda-benda “sebagai antisipasi” memberikan perasaan keamanan dan persiapan kepada kita. Terdapat sensasi ketenangan saat menyadari bahwa kita memiliki alternatif terencana dalam lemari atau gudang, walaupun hal tersebut hanyalah kumpulan sekrup tak senada ataupun kabel komputer tua yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun.

Kegemaran untuk tetap menjaga kontrol bisa nampak dari sulitnya kita mengeluarkan benda-benda, termasuk juga benda-benda yang tak penting bagi kita atau sudah jarang digunakan.


4. Suka menunda-nunda

Sambil memandangi laci yang kacau balau atau lemari yang sudah sangat penuh, kita bersumpah kepada diri sendiri: “Akan saya rapihkan nanti.” Tetapi, waktu esok kerapkali lewat begitu saja sampai ke minggu hadapan, bahkan mungkin bulan depan, kadang-kadang baru tahun depan.

Orang yang mengalami kesulitan dalam melepaskan benda biasanya cenderung untuk terus-menerus menunda pekerjaan tersebut.

Menyortir benda-benda serta mengambil keputusan tentang apa yang perlu dieliminasi dapat dirasakan sungguh sulit. Karena alasan tersebut, tugas ini sering ditangguhkannya, menyebabkan timbulnya pola keresahan yang tak henti-hentinya berlanjut.

Penangguhan di sini tidak berkaitan dengan ketidaksukaan untuk bergerak. Lebih kepada perasaan lelah secara emosi serta penat dalam proses pengambilan keputusan sehubungan dengan penyortiran barang.


5. Takut menyesal

Terdapat rasa takut khusus yang timbul saat hendak melepas barang apa pun. Rasa ini berkembang ketika kita berpikir bahwa sewaktu-waktu kita masih perlu benda tersebut, lalu datangnya penyesalan dapat amat menyakitkan.

Perasaan khawatir akan menyesal ini biasanya dirasakan lebih kuat oleh mereka yang menghadapi tantangan dalam melepaskan benda-benda miliknya.

Ide “Mengapa aku menghilangkan itu?” bisa jadi penghalang besar dan membuat proses melepaskan diri dari benda-benda kepunyaan kita menjadi lebih rumit.


6. Merasakan ketenangan melalui kedekatan

Kaos bekas yang telah pudar, sepatu lawas yang sudah meng-cover perjalanan ribuan mil, dan buku-buku debu dari waktu di perguruan tinggi, semua ini bercerita tentang satu narasi. Narasi kita.

Untuk mereka yang kesulitan melepaskan diri dari benda-benda, item-item tersebut memberikan kenyamanan yang membantu dalam hal ketenangan pikiran.

Benda-benda ini bertindak sebagai bukti fisik dari petualangan, pengalaman, serta perkembangan kami.

Ikatan dengan kedekatan ini tidak sekadar berkaitan dengan sifat romantis. Ini tentang mencari ketenangan dalam sejarah kita sendiri serta kelanjutan yang ditawarkannya di tengah perubahan dunia yang tak henti-hentinya.


7. Menghargai kesiapan

Orang-orang yang gigih dalam mendaur ulang sampah biasanya merupakan individu yang sangat menjunjung tinggi persiapan.

Mereka senang mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan, dan adanya benda-benda tersebut dalam jangkauan membuat mereka merasa lebih tenang.

Ini tidak melibatkan penimbunan atau pembuatan keresahan, tetapi lebih kepada persiapan menghadapi berbagai skenario yang mungkin terjadi.

Psikologi menunjukkan bahwa karakteristik tersebut berasal dari dorongan dasar untuk bertahan hidup kita. Keinginan untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi tak terduga itu penting.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com