Untuk beberapa orang, pergi tanpa membawa ponsel dengan baterainya terisi penuh hingga 100 persen bisa menyebabkan ketidaknyamanan yang sungguhan.
Ini bisa berhubungan dengan perasaan aman, menjaga koneksi, atau hanya untuk mencegah kekecewaan karena pemadaman listrik yang tak terduga.
Menurut geediting, berikut tujuh perilaku umum pada orang-orang yang menunggu hingga baterai smartphone mereka terisi sepenuhnya sebelum digunakan kembali.
-
Mereka sangat fokus pada pemeriksaan umur simpan baterai.
Pengguna-pengguna tersebut biasanya mementingkan tingkat kekuatan mereka secara berkala.
Meski ponsel hanya mencapai 90%, mereka tetap sering mengecek agar yakin baterainya masih mengisi.
Ketika baterai turun sedikit, hal itu bisa menyebabkan rasa cemas yang ringan dan membuat orang tersebut ingin mengisi ulang baterainya walaupun baru berlalu beberapa menit.
-
Mereka menggendong berbagai skema alternatif
Pemeriksa baterai yang sangat teliti biasanya sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Mereka bisa membawa sisa kabel, charger portable, adaptator kendaraan, serta mungkin bank energi.
Untuk mereka yang amat tergantung pada telepon genggam, menyimpan daya baterai merupakan tindakan kontemporer untuk merasakan rasa aman.
-
Mereka merasa tidak nyaman
Meski sudah mengisi daya hingga 85 persen, beberapa orang masih bisa merasa tidak nyaman.
Psikolog kadang-kadang menggambarkannya sebagai rasa kehilangan kendali.
Pergi ketika baterai ponsel hampir habis bisa menimbulkan keresahan yang serius.
-
Mereka mengalami kepanikan ringan
Tanda ikon berwarna merah yang muncul di layar telepon genggam bisa menyebabkan stres. Saat mengalami situasi tersebut, beberapa individu menjadi dipenuhi oleh rasa cemas.
Kecemasan ringan tersebut bisa menyebabkan tindakan spontan semacam meminjam kabel dari kolega sekerja atau menolak undangan sosial demi mengisi baterai perangkatnya.
Di samping itu, lampu indikator baterai rendah yang terus berkedip bisa menyebabkan peningkatan hormon stres kortisol pada orang-orang yang menginginkan koneksi kontinual.
-
Mereka memadukan aktivitas sosial dengan pekerjaan menggunakan ponsel.
Banyak individu bergantung pada telepon genggam untuk komunikasi, namun mereka yang enggan melepaskan ponselnya kecuali baterenya di atas 100% cenderung melakukan mayoritas interaksi harian mereka lewat alat tersebut.
Itu bisa meliputii penjadwalan pertemuan, manajemen finansial, pembangunan jejaring, serta pemantauan perkembangan.
-
Mereka menganggap baterai yang terisi penuh sebagai cara melepaskan emosi.
Untuk individu semacam itu, menyaksikan angka 100 persen di meteran baterai mungkin memberikan rasa tenang.
Ini bukan hanya sekedar panduan praktis, tetapi juga memiliki rasa percaya diri untuk menangani apapun yang mungkin terjadi.
Sebagian orang mengalami kenaikan kepercayaan diri yang ringan ketika baterai ponselnya mencapai 100%.
***
Komentar